Ketika Penguasa Jalan Kaki
Mendengar keberhasilan kaum Muslimin dalam menakhlukkan Kota Yerussalem siang itu gemuruh sukacita kaum muslimin Madinah berdengung. Mengingat Kota Yerusallem adalah Kota suci sekaligus kiblat pertama umat Islam. Namun utusan dari yerusallem bukan hanya sekedar membawa berita kemenangan, tapi juga menyampaikan pesan dari Uskup Agung Sophronius yang tak lain adalah pemegang kunci sekaligus Uskup Agung Yerusallem.
Uskup Agung Sophronius menyatakan kota suci itu hanya akan diserahkan ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum Muslimin, yakni Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu. Sophronius menghendaki agar Amirul Mukminin tersebut datang ke Yerusalem secara pribadi untuk menerima penyerahan kunci kota suci tersebuit. Bersegeralah Khalifah Umar menyelenggarakan majelis syura untuk meminta pendapat para sahabat. Menurut Ali, Yerusalem adalah kota yang sama sucinya bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, dan sehubungan dengan itu, maka akan sangat baik bila penyerahan kota itu diterima sendiri oleh Amirul Mukminin. Kota suci itu adalah kiblat pertama kaum Muslimin, tempat persinggahan perjalanan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam pada malam hari ketika beliau ber-isra' dan dari kota itu pula Rasulullah ber-mi'raj. Kota itu menyaksikan hadirnya para anbiya, seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa. Umar akhirnya menerima pandangan Ali dan segera berangkat ke Yerusalem.
Uskup Agung Sophronius menyatakan kota suci itu hanya akan diserahkan ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum Muslimin, yakni Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu. Sophronius menghendaki agar Amirul Mukminin tersebut datang ke Yerusalem secara pribadi untuk menerima penyerahan kunci kota suci tersebuit. Bersegeralah Khalifah Umar menyelenggarakan majelis syura untuk meminta pendapat para sahabat. Menurut Ali, Yerusalem adalah kota yang sama sucinya bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, dan sehubungan dengan itu, maka akan sangat baik bila penyerahan kota itu diterima sendiri oleh Amirul Mukminin. Kota suci itu adalah kiblat pertama kaum Muslimin, tempat persinggahan perjalanan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam pada malam hari ketika beliau ber-isra' dan dari kota itu pula Rasulullah ber-mi'raj. Kota itu menyaksikan hadirnya para anbiya, seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa. Umar akhirnya menerima pandangan Ali dan segera berangkat ke Yerusalem.
Kepergian Khalifah Umar hanya ditemani seorang pelayan dan seekor unta yang ditungganginya bergantian. Betapa bersusah payahnya seorang Penguasa yang saat itu hanya berdua dengan pelayannya menempuh perjalanan beberapa hari jauhnya tanpa bala pengawal, pun hanya dengan perbekalan pas-pasan di tengah teriknya padang pasir. Sesekali mereka berhenti sejenak untuk sekedar melepas lelah dan juga untuk menunaikan shalat dan mengisi perut mereka sekedarnya. Tak jarang pula Khalifah Umar maupun sang pelayan melambatkan langkah kainya sekedar menarik nafas panjang, yang hanya dengan itu lelahpun hilang ikut serta dedebuan pasir di sekitar. Ketika mendekati Desa Jabiah di mana panglima dan para komandan pasukan Muslim telah menantikannya, kebetulan tiba giliran pelayan untuk menunggang unta tersebut. Pelayan itu menolak dan memohon agar khalifah mau menunggang hewan tersebut.
“ Ya Amirul Mukminin tak sepantasnya seorang khalifah Allah berjalan kaki, sementara pelayannya di atas unta”.
“ Tak perlu cemas wahai Hamba Allah, ini adalah bagianmu untuk bergantian menungganginya”.
Sementara di sepanjang perjalanan menuju Jabiah para penduduk melihat pemandangan yang begitu tak sewjarnya, bagaimana mungkin seorang Penguasa besar memasuki Kota dengan sembari berjalan kaki menarik unta dengan pelayannya di atasnya.
“Sungguh tak ada perbedaan diantara mereka, tidak pula pakaian dan penampilan mereka. Inikah seorang pemimpin yang akan menerima kota ini? Tak kusangka benar memang Dia seorang pilihan”. Salah satu penduduk mengomentari tingkah Khalifah.
Sesampainya di Yerussalem Khalifah Umar dibeikan kunci sekaligus penanda penyerahan Kota Yerusallem kepada kaum Muslimin. Di depan The Holy Sepulchure (Gereja Makam Suci Yesus), Uskup Sophronius menyerahkan kunci kota Yerusalem kepada Khalifa Umar r.a. Setelah itu Umar menyatakan ingin diantar ke suatu tempat untuk menunaikan shalat. Oleh Sophronius, Umar diantar ke dalam gereja tersebut. Umar menolak kehormatan itu sembari mengatakan bahwa dirinya takut hal itu akan menjadi preseden bagi kaum Muslimin generasi berikutnya untuk mengubah gereja-gereja menjadi masjid. Umar lalu dibawa ke tempat di mana Nabi Daud Alaihissalam konon dipercaya shalat dan Umar pun shalat di sana dan diikuti oleh umat Muslim. Ketika orang-orang Romawi Bizantium menyaksikan hal tersebut, mereka dengan kagum berkata, kaum yang begitu taat kepada Tuhan memang sudah sepantasnya ditakdirkan untuk berkuasa. "Saya tidak pernah menyesali menyerahkan kota suci ini, karena saya telah menyerahkannya kepada ummat yang lebih baik ...," ujar Sophronius.
Inilah mengapa umat muslim terdahulu berhasil berkembang pesat, tak lain halnya karena figur seorang pemimpin yang bisa menjadi suri tauladan yang memang pantas dibanggakan. Bagaimana dengan para pemimpin-pemimpin umat muslim kini? Mereka kebanyakan hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa menoleh ke bawah pada rakyanya. Kapankah seorang figur Khalifah Umar terlahir di Negeri yang mayoritas Muslim ini? Wallahua’lam.
jossssssssssss
BalasHapus