Topan Husain. Diberdayakan oleh Blogger.

Atheis dan Ulama (Dialog)

Mengingat Kembali Debat Ilmuwan Atheis Dengan Imam Abu Hanifah R.A

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim … 
Dikisahkan ada sekelompok ilmuwan besar athéis bangsa Romawi, hendak beradu argumentasi dengan para ulama disebuah masjid. Tujuannya ingin menjatuhkan dan mempermalukan Islam dikalangannya sendiri.

Setelah dilihatnya masjid telah dipenuhi orang banyak, naiklah salah seorang dari ilmuwan kafir itu keatas mimbar dan mulai menantang umat untuk berdebat soal keberadaan Allah.

Diantara yang hadir bangkit seorang pemuda dari antara shaf-shaf itu, dialah Abu Hanifah ra muda, Beliau melangkah menuju mimbar dan berkata;
“Perkenankan saya Abu Hanifah ingin bertukar pikiran dengan tuan-tuan”

Sambil berusaha menguasai suasana, dengan kerendahan hati Abu Hanifah berkata, “Baiklah sekarang apa yang akan kita perdebatkan.”

Para ilmuwan kafir itu heran sekaligus kagum akan keberanian Abu Hanifah, karena beliau hanya sendiri, sementara mereka ada beberapa orang.
Mulailah para athéis mengajukan pertanyaannya, yang dibagi dalam 6 kategori: ..

1. Kapan Allah ada? ..
2. Maksud Allah Menghadapkan WajahNya ..
3. Zat Allah SWT ..
4. Dimana Allah berada? ..
5. Takdir Allah SWT ..
6. Bukti Adanya Allah ..

1. KAPAN ALLAH ADA?
Atheis: Pada tahun berapa Robbmu dilahirkan?
Abu Hanifah: Allah berfirman: “Dia (Allah) tidak melahirkan dan tidak dilahirkan.”
Atheis: Pada tahun berapa Dia berada?
Abu Hanifah: Dia berada sebelum adanya sesuatu.
Atheis: Tolong berikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka empat?
Atheis: Angka tiga
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka tiga?
Atheis: Angka dua
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka dua?
Atheis: Angka satu
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis: Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah: Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa kalian heran kalau sebelum Allah Yang Maha Satu yang hakiki, tidak ada yang mendahului-Nya?

2. MAKSUD ALLAH MENGHADAPKAN WAJAHNYA ..?
Atheis: Kemana Robbmu menghadapkan wajahnya?
Abu Hanifah: Kalau kalian membawa lampu di gelapnya malam, kemana lampu itu menghadapkan wajahnya?
Atheis: Ke seluruh penjuru.
Abu Hanifah: Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma
buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta?ala, Nur dari segala cahaya langit dan bumi?

3. ZAT ALLAH SWT ..?
Atheis: Tunjukkan kepada kami tentang zat Robbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah: Pernahkah kalian mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis: Ya, pernah.
Abu Hanifah: Semula ia berbicara dengan kalian dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam dan tidak bergerak. Nah, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis: Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah: Apakah waktu keluarnya roh itu kalian masih ada disana?
Atheis: Ya, kami masih ada
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat, seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Atheis: Entahlahlah kami tidak tahu.
Abu Hanifah: Kalau kalian tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah mahluk, bagaimana kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta?ala?!!

4. DIMANA ALLAH BERADA ..?
Atheis: Dimana kira-kira Robbmu itu berada?
Abu Hanifah: Kalau kami membawa segelas susu segar ke sini, apakah kalian yakin kalau dalam susu itu terdapat lemak?
Atheis: Tentu.
Abu Hanifah: Tolong perlihatkan padaku, dimana adanya lemak itu?
Atheis: Membaur dalam seluruh bagian susu.
Abu Hanifah: Kalau lemak yang termasuk mahluk itu, tidak mempunyai tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta?ala?

5. TAKDIR ALLAH SWT ..
Atheis: Kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, lalu apa kegiatan Robbmu kini?
Abu Hanifah: Ada pekerjaanNya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan.
Atheis: Kalau orang masuk syurga ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah: Hitungan angka pun ada awalnya tapi tidak ada akhirnya.
Atheis: Bagaimana kita bisa makan dan minum disyurga tanpa buang air besar dan kecil?
Abu Hanifah: Kalian sudah mempraktekkannya ketika kalian berada di dalam perut ibu kalian. Hidup dan makan-minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita lakukan hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis: Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dengan dinafkahkan?
Abu Hanifah: Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan ilmu kita semakin berkembang dan tidak berkurang.

6. BUKTI ADANYA ALLAH ..?
Atheis: Perlihatkan bukti keberadaan Robbmu kalau memang dia ada
Abu Hanifah ra mengambil tanah liat, lalu dilemparkannya tanah liat itu ke kepala orang atheis itu .
Para hadirin gelisah melihat peristiwa itu, khawatir terjadi keributan, tetapi Abu Hanifah menjelaskan bahwa hal ini dalam rangka untuk menjelaskan jawaban yang di minta kepadanya. Hal ini membuat orang atheis mengenyitkan dahi,
Abu Hanifah: Apakah lemparan itu menimbulkan rasa sakit di kepala anda?
Atheis: Ya, tentu saja.
abu hanifah: Dimana letak sakitnya?
Atheis: Ya, ada pada luka ini.
Abu Hanifah: Tunjukkanlah padaku bahwa sakitnya itu memang ada, baru aku akan menunjukkan kepadamu dimana Robbku!
Orang atheis itu tidak menjawab tentu saja tidak bisa menunjukkan rasa sakitnya, karena itu adalah suatu rasa dan ghaib tapi rasa sakit itu memang ada.
Atheis: Baik dan buruk sudah ditakdirkan sejak awal, tetapi kenapa ada pahala dan siksa?
Abu Hanifah: Kalau anda sudah mengerti bahwa baik dan buruk itu bagian dari takdir, mengapa anda kini menuntut aku agar di hukum karena melempar tanah liat ke dahi anda? Bukankah perbuatan itu bagian dari takdir?

… Akhir perdebatan itu para ilmuwan besar atheis tersebut masuk Islam di tangan Imam Abu Hanifah ra .. Subhanallah .. Allahu Akbar! …
Wallahu’alam bishshawab, ..
 

Membobol File PDF yang Dipasword


Remove Pasword PDF

Misi agan - agan semua, kebetulan aja ane punya tips buat sampean semua. Bagi yang bingung, pusing, dan depresi sama file PDF yang kagak bisa diprint, kagak bisa dicopy, trus ujung-ujungnya kagak bisa dibuka.....Nahloh ini  akukasihtahu cara membobol tuh file PDF yang pasti dipasword sama empunya nyang buat. biar kagak bisa diperbanyak bosss.
langsung aja ya



  • exstrak tuh fil RAR-nya,...
  • trus baca dulu petunjuknya mas Brooo
  • Double Klick yang icon shortcutnya aja gan (santai gan ini aplikasi portable )
  • langsung Pancal gan....... maknyus
 

FOTO: Jonathan Trappe, sang Petualang Seberangi Samudra Atlantik dengan Balon Udara

Seorang Petualang menjadi orang pertama kali yang terbang di Selat Inggris menggantung di bawah balon udara. Saat ini dirinya berencana untuk menyeberangi Samudera Atlantik.

Jonathan Trappe, berencana untuk melakukan perjalanan 2.500 mil pada saat musim panas mendatang. Dia akan menggunakan alat yang diterbangkan dengan 365 balon udara.

Alat aneh ini akan memiliki atap terbuka dengan kanopi untuk melindungi dirinya dari ketinggian angin dan juga dinginnya embun.

Jonathan akan mengudara di ketinggian18.000 dan 25.000 kaki dan dia mengalahkan rekor sebelumnya dari 21.600 kaki. Pria berusia 38 tahun ini akan terbang sepuluh kali lebih jauh dari rekor sebelumnya 230 mil.

Sebuah masker dan tabung oksigen akan digunakan setelah ia mencapai 25.000 kaki. Jonathan terbang dari Inggris ke Belgia pada Mei 2010 dengan balon udara seperti karakter kartun Carl Fredricksen dari film Disney Up.

“Saya sudah berlatih untuk waktu yang lama. Hal ini sangat menarik menurut saya,” ujar pria dari North Carolina itu, seperti dikutip The Sun, Jumat (9/11/2012).

Perjalanan panjang ini akan difilmkan oleh kru kamera dokumenter, Jonathan akan berangkat dari Maine di Amerika Serikat (AS) menuju Paris, Perancis.

Empat orang ahli meteorologi akan bekerja untuk memantau dari pusat komando di Wyoming untuk membantu memastikan Trappe tiba dengan selamat.





Floating on the breeze: Jonathan Trappe flies over the Alps attached to his balloons on September 11, 2011 in France. Mr Trappe has become the first person to cross the Alps by helium balloon
Floating on the breeze: Jonathan Trappe flies over the Alps attached to his balloons on September 11, 2011 in France. Mr Trappe has become the first person to cross the Alps by helium balloon
A long way down: Mr Trappe's Alpine adventure is his second world record breaking helium balloon journey, after he crossed the Channel by balloon last year
A long way down: Mr Trappe's Alpine adventure is his second world record breaking helium balloon journey, after he crossed the Channel by balloon last year
Daredevil: Mr Trappe's motivation comes from a desire to show that there are genuine adventures still to be had
Daredevil: Mr Trappe's motivation comes from a desire to show that there are genuine adventures still to be had
Launchpad: Mr Trappe taking off from Gap on September 10 at the start of his Alp crossing using helium-filled balloons. He travelled west towards Italy
Launchpad: Mr Trappe taking off from Gap on September 10 at the start of his Alp crossing using helium-filled balloons. He travelled west towards Italy
Night flight into the record books: Trappe begins his journey, waving goodbye to his friends and the safety of the ground for another 12 hours
Night flight into the record books: Trappe begins his journey, waving goodbye to his friends and the safety of the ground for another 12 hours
Jonathan Trappe
Touchdown: Mr Trappe, 36, makes his landing in a farmer's field, narrowly missing this polytunnel
balloon man
Bonjour: Mr Trappe smiles as he starts to gather and deflate the remaining helium balloons
balloon man
Clear-up: The entire crossing took around four hours at altitudes of up to 7,500ft

balloon man
Deflated: Mr Trappe and his support team carry away the helium balloons after the successful attempt
 Jonathan Trappe with balloons attached to his office chair
Flying high: Jonathan Trappe attached 55 balloons to an office chair to sail into the skies
 

Mengenal Darah Istihadhah

Mengenal Darah Istihadhah


Definisi Istihadhah

Secara bahasa, dikatakan: “Wanita itu terkena istihadhah,” kalau darahnya terus keluar padahal adat haidnya telah berakhir. [Mukhtar Ash-Shihah hal. 90]

Adapun secara istilah, maka ada beberapa definisi di kalangan ulama. Akan tetapi mungkin bisa disimpulkan sebagai berikut: Istihadhah adalah darah yang berasal dari urat yang pecah/putus, yang keluarnya bukan pada masa adat haid dan nifas -dan ini kebanyakannya-, tapi terkadang juga keluar pada masa adat haid dan saat nifas. Karena dia adalah darah berupa penyakit, maka dia tidak akan berhenti mengalir sampai wanita itu sembuh darinya.

Karena itulah, darah istihadhah ini kadang tidak pernah berhenti keluar sama sekali dan kadang berhentinya hanya sehari atau dua hari dalam sebulan.
[Lihat: Al-Ahkam Al-Mutarattibah ala Al-Haidh wa An-Nifas wa Al-Istihadhah hal. 16-17]

Ciri-Ciri Darah Istihadhah
Berbeda dengan darah haid, darah istihadhah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Warnanya merah, tipis, baunya seperti darah biasa, berasal dari urat yang pecah/putus dan ketika keluar langsung mengental.

Hukum Wanita Yang Terkena Istihadhah.
Hukumnya sama seperti wanita yang suci (tidak haid dan nifas) pada semua hal-hal yang diwajibkan dan yang disunnahkan berupa ibadah. Ibnu Jarir dan selainnya menukil ijma’ ulama akan bolehnya wanita yang terkena istihadhah untuk membaca Al-Qur`an dan wajib atasnya untuk mengerjakan semua kewajiban yang dibebankan kepada wanita yang suci. Lihat nukilan ijma’ lainnya dalam Al-Majmu’ (2/542), Ma’alim As-Sunan (1/217) dan selainnya.
Dari penjelasan di atas, kita juga bisa menarik kesimpulan bahwa darah istihadhah bukanlah najis, karena akan diterangkan bahwa wanita yang terkena istihadhah tetap wajib mengerjakan shalat walaupun saat darahnya tengah mengalir keluar.
Waktu Keluarnya Istihadhah.

Kalau keluarnya istihadhah bukan pada waktu haid atau nifas, dalam artian waktu keduanya tidak bertemu.  
Misalnya darah istihadhah keluar bukan saat masa adat haidnya, atau darah istihadhah keluar setelah berlalunya masa nifas.
Maka di sini tidak ada masalah, masa adat haid dihukumi haid dan setelahnya dihukumi istihadhah, demikian pula halnya dengan nifas.

Tapi kalau keluarnya istihadhah bertemu dengan masa adat haid atau masa nifas, maka di sini hukumnya harus dirinci. Kami katakan:
Wanita yang terkena haid (atau pada masa adat haidnya) sekaligus terkena istihadhah, tidak lepas dari empat keadaan:
  • Dia sudah mempunyai masa adat haid sebelum terjadinya istihadhah. Maka yang seperti ini dia tinggal menjadikan masa adatnya sebagai patokan. Kalau adatnya tiba maka dia dihukumi terkena haid, dan kalau adatnya sudah berlalu maka darah yang keluar setelahnya -apapun ciri-cirinya- dihukumi istihadhah.
Misalnya: 
Seorang wanita biasanya haid selama enam hari pada setiap awal bulan, tiba-tiba mengalami istihadhah dan darahnya keluar terus-menerus tanpa bisa dibedakan mana yang haid dan mana yang istihadhah (misalnya karena hari pertama keluar dengan ciri-ciri haid sedang hari yang kedua dengan ciri-ciri istihadhah dan seterusnya). Maka masa haidnya dihitung enam hari pada setiap awal bulan, sedang selainnya merupakan istihadhah, sehingga dia wajib untuk mandi lalu shalat walaupun darahnya keluar terus.
Ini berdasarkan sabda Nabi -shallallahu alaihi wasallam- kepada Ummu Habibah binti Jahsy tatkala dia terkena istihadhah, “Diamlah (tinggalkan shalat) selama masa haid yang biasa menghalangimu, lalu mandilah dan lakukan shalat.” (HR. Muslim)

  •  Tidak mempunyai adat sebelumnya -baik karena itu awal kali dia haid (al-mubtada`ah) ataukah dia lupa adat haidnya karena sudah lama dia tidak haid-, tapi dia mempunyai tamyiz, yaitu darah yang keluar bisa dibedakan mana haid dan mana istihadhah, berdasarkan ciri-ciri haid dan nifas yang telah disebutkan.
Misalnya: Seorang wanita pada saat pertama kali mendapati darah dan darah itu keluar terus-menerus. Akan dia dapati selama 10 hari dalam sebulan darahnya berwarna hitam, berbau busuk, dan tebal (kental) kemudian setelah 10 hari itu darah yang keluar berwarna merah, tidak berbau dan encer (tipis). Maka masa haidnya adalah 10 hari tersebut, sementara sisanya dihukumi darah istihadhah.

Berdasarkan sabda Nabi -shallallahu alaihi wasallam- kepada Fathimah binti Abi Hubaisy -tatkala dia terkena istihadhah-, “Jika suatu darah itu darah haid, maka ia berwarna hitam diketahui, jika demikian maka tinggalkan shalat. Jika selain itu maka berwudhulah dan lakukan shalat karena itu darah penyakit.” (HR. Abu Dawud dan An Nasai).

Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin berkata, “Hadits ini, meskipun perlu ditinjau lagi dari segi sanad dan matannya, namun telah diamalkan oleh para ulama’. Dan hal ini lebih utama daripada dikembalikan kepada kebiasaan kaum wanita pada umumnya.”

Dia mempunyai adat dan tamyiz sekaligus. Maka di sini ada dua keadaan:
 
a. Adat dan tamyiznya tidak bertentangan.
Misalnya: Dia mempunyai adat haid tanggal 1-6 tiap bulan. Ternyata darah yang keluar pada masa adatnya mempunyai ciri-ciri haid, sedang sisanya mempunyai ciri-ciri darah istihadhah. Maka ini tidak ada masalah.

b. Adat dan tamyiznya bertentangan.
Misalnya: Dia mempunyai adat haid 6 hari di awal bulan, akan tetapi darah yang keluar saat itu kadang dengan ciri haid dan kadang dengan ciri istihadhah. Manakah yang dijadikan patokan? Apakah adat ataukah tamyiznya? Yang kuat dalam masalah ini adalah bahwa adatnya lebih didahulukan. Sehingga yang menjadi masa haidnya adalah yang 6 hari, apapun warna darah yang keluar, sedangkan sebelum dan setelah ke 6 hari ini bukanlah haid, walaupun cirinya darah haid. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Al-Auzai, satu pendapat dari Asy-Syafi’i, dan juga pendapat Imam Ahmad, dan yang dikuatkan oleh Ibnu Taimiah, Syaikh Ibnu Al-Utsaimin dan Syaikh Muqbil -rahimahumullah-.

Tidak mempunyai adat -baik karena baru pertama kali haid (al-mubtada`ah) maupun karena lupa adat haidnya- dan tidak pula tamyiz.

Contoh: Ada seorang wanita yang pertama kali haid dan juga terkena istihadhah dengan ciri-ciri darah yang tidak beraturan. Pada hari ini berwarna hitam (ciri-ciri haid), besoknya berwarna merah dan demikian seterusnya, dan ini terjadi sebulan penuh atau kurang dari itu. Apa yang harus dilakukan wanita ini?

Jawab: 
Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin berkata, “Dalam kondisi ini, hendaklah ia mengambil kebiasaan kaum wanita pada umumnya. Maka masa haidnya adalah enam atau tujuh hari pada setiap bulan dihitung mulai dari saat pertama kali mendapati darah. Sedang selebihnya merupakan darah istihadah.

Misalnya: 
Seorang wanita pada saat pertama kali melihat darah pada tanggal 5 dan darah itu keluar terus menerus tanpa dapat dibedakan secara tepat mana yang darah haid, baik melalui warna ataupun dengan cara lain. Maka haidnya pada setiap bulan dihitung selama enam atau tujuh hari mulai dari tanggal lima tersebut.”

Kami katakan: Sebagian ulama berpendapat lebih utama kalau dia melihat adat kerabat wanita terdekatnya, misalnya ibunya atau saudarinya lalu dia berpatokan kepada adat mereka.


[Lihat: Al-Muhalla: 2/181-186, Nailul Authar: 1/373-380, Ad-Dima` Ath-Thabi’iyah karya Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin dan Shahih Fiqh As-Sunnah: 1/216-217]

sumber : http://al-atsariyyah.com/mengenal-darah-istihadhah.html
 

Kisah Tiga Orang Gila



Seorang dokter di Rumah Sakit Jiwa ingin menguji 3 orang pasiennya yang gila, untuk mengetahui siapakah yang sudah sembuh dari gilanya atau yang paling baik akalnya. Sang dokter menggelar kain berwarna biru diatas lantai, lalu meminta kepada ketiga orang tersebut untuk berenang diatasnya.
Orang pertama langsung melompat ke atas kain tersebut dan melakukan gerakan seolah-olah sedang berenang.

Orang kedua juga melakukan hal yang sama dengan orang pertama, yaitu meloncat sambil bergaya ke atas kain tersebut dan melakukan gerakan seolah-olah dia sedang berenang di laut.

Sedangkan orang ketiga diam saja sambil melihat ke dua orang temannya yang sedang asyik berenang di lantai.

Dokterpun heran melihat sikap orang ketiga dan menyangka bahwa yang ketiga ini adalah yang paling berakal atau sudah mulai sembuh dari penyakit gilanya. Maka sang dokter bertanya kepadanya: “Kenapa engkau tidak melompat seperti mereka?”

Dia menjawab: “Aku takut tenggelam.”

(Sumber: majalah Qiblati, dengan beberapa penambahan seperlunya, via http://gizanherbal.wordpress.com).
 dari : http://kisahislam.net/2012/09/20/kisah-tiga-orang-gila/
 

Kisah Kakek Penjual Es Dawet

Bersemangat untuk Sedekah



Dan penjual dawet itupun memikul dagangannya dengan bahu kanan. Dia berjalan perlahan melewati pinggiran jalan raya yang penuh dengan truk dan mobil berkecepatan tinggi. Dia tergesa-gesa mengejar adzan jum’at berkumandang. Tinggal seratus meter lagi menuju masjid. Lelaki tua itu, lelaki tak kenal lelah. Memasuki pelataran masjid. Membasuh tubuhnya dengan air wudhu dan sesekali meminum air itu. “daripada minum dawet, lebih baik aku minum air masjid ini”, begitu mungkin pikirnya.
Aku memandangnya dari jauh. Kulihat sesekali dia menoleh ke barang dagangannya. Takut ada yang mencuri mungkin. Maklumlah, modal yang dipakai pas-pasan. Jangan sampai dagangannya hilang atau rusak oleh ulah tangan jahil. Ketika adzan jum’at berkumandang. Dia memilih sholat di dekat dagangannya.
Kasihan engkau kakek. Di umur senjamu, engkau masih harus bekerja keras sendiri. Dimana anak cucumu kek?

Bahkan ketika sholat jum’at telah selesai. Sang kakek duduk di dekat dagangannya. Berharap ada satu atau dua jamaah yang menoleh dan membeli es dawetnya. Sayang beribu sayang. Mungkin jum’at ini bukan jum’at yang baik baginya. Tak satupun jamaah masjid membeli. Jangankan membeli, menolehpun tidak. Kakek itu hanya terpaku melihat satu per satu jamaah keluar dari halaman masjid.
Peluh mulai membasahi tubuhnya. Bayangan akan lembaran uang lenyap bersamaan dengan sepinya masjid itu….

Aku… yang sedari tadi duduk di halaman masjid, hanya diam tak bergerak. Kuamati sampai berapa lama sang kakek akan bertahan di pelataran masjid itu.
Masjid mulai sepi. Hampir semua jamaah telah pulang. Yang tersisa hanyalah takmir masjid dan beberapa pengurus masjid yang sibuk menghitung uang hasil infak para jamaah. Sang kakek menoleh ke kanan dan ke kiri. Tak ada lagi jamaah tersisa. Tinggal aku dan motor plat merahku. Akupun hanya terdiam. Ingin aku membeli es dawetnya. Tapi apa daya, satu-satunya uang sepuluh ribuan yang kubawa, telah kumasukkan ke dalam kotak infak masjid. Sementara pengurus masjid sibuk menghitung infak, sang kakek harus sibuk menggotong kembali barang dagangannya yang tak laku sama sekali.

Sang kakek, dengan tatapan tegar. Kembali berjalan. Dia keluar dari pelataran masjid menuju ke arah utara, arah dimana rumah dinasku berada.
Kupacu motorku cepat. Kudahului sang kakek, kutunggu dia di depan puskesmas.
Dua puluh menit berlalu dan dari kejauhan, sang kakek akhirnya nampak. Kupanggil dia keras-keras.

“Paaak!!! Paaakk!!!!”
Dan sang kakek pun mendekat. Dia bertanya, “mau beli dawet ta nak?”
“iya”, jawabku mantap.
“berapaan pak satu gelasnya?”
“seribu nak”, jawabnya jujur.
Masya Allah!!!! Dawet segelas dijual cuman seharga seribu!!! Kapan balik modalnya coba!!!!”, batinku

“yasudah pak, sini masuk, saya mau beli”

Sang kakek berjalan mengikutiku masuk ke ruang rawat inap para pasien.

Singkat cerita. Aku membeli duapuluh gelas dawet untukku dan untuk para keluarga penunggu pasien.

Sang kakek melayani permintaanku dengan senyum mengembang di wajahnya. Kulihat gentong berisi air dawetnya mulai berkurang setengah. Masih sisa setengah lagi.
“sudah pak, berapa semuanya?”
“duapuluh ribu nak”, katanya berkaca-kaca.
“ini pak, bawa saja sisa kembaliannya”, kuserahkan lembaran limapuluh ribu ke tangan kakek itu.
Dan sang kakek bertanya, ‘lho berarti sampeyan shodakoh ini ke saya?”
“apalah kek itu namanya, intinya kembaliannya aku kasih buat kakek….”
“ini namanya shodakoh nak. Matur nuwun nak. Kulo doakan semoga sampeyan lancar rejeki”
“amin ya Allah”, jawabku singkat.
Sang kakek pun kembali memikul dagangannya. Kali ini jalannya semakin cepat. Mungkin karena bahagia atau karena berat gentong dawetnya sudah berkurang setengah.
Tak terasa air mata merembes di pelupuk mataku.
***
Dan tahukah engkau teman. Keesokan harinya, uang limapuluh ribu itu, dikembalikan dengan cara yang sangat ajaib oleh Allah. Dia kembali ke tanganku bukan lagi sebesar limapuluh ribu, melainkan satu juta. Rejeki yang sangat tidak aku perhitungkan bakal kudapat minggu ini. Dan berkat itu, aku bisa menabung 2,5 juta untuk minggu ini. Sejuta lebih banyak dibanding minggu2 sebelumnya.
Kakek….

Terimakasih atas doamu…
Sebenarnya bukan aku, melainkan engkau, yang memberi shodakoh.
Doamu, adalah pembuka pintu rejeki untukku.
Terimakasih banyak, kek….

Jetis, 23 juli 2011
Setelah sempat terlupa untuk mengucap syukur padaNYA

sumber : http://kisahislam.net/2012/11/07/kisah-kakek-penjual-es-dawet/